Pengembangan Kurikulum
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa depan bangsa terletak di tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum. Dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu negara. Dapat pula dipahami betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu.
Oleh sebab itu setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami seluk-beluk kurikulum. Hingga batas tertentu, dalam skala mikro, guru juga seorang pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Mengembangkan kurikulum bukan sesuartu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang harus dipertimbangkan dan banyak pertanyaan yang diajukan untuk diperhitungkan. Pertanyaan tersebut berkaitan erat dengan asas-asas kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas filosofis ?
2. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas psikologis ?
3. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas sosiologis ?
4. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas organisatoris ?
5. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas ilmu pengetahuan dan teknologi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas Filosofis
Dalam arti sebenarnya adalah cinta akan kebenaran, yang merupakan rangkaian dari dua kata philo (cinta) dan shopia (kebijakan). Dalam batasan modern filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang muncul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia, yang mana diharapkan agar manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta.
Sekolah bertujuan mendidik anak menjadi manusia yang baik dalam masyarakat tempat ia hidup. Perbedaan landasan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan. Karena hal ini menyangkut apa saja bahan pelajaran yang akan disajikan guna mencapai tujuan tersebut.
Sebagai induk dari semua pengetahuan, filsafat dapat dirumuskan sebagai kajian tentang : metafisika yang membahas segala yang ada di alam ini, epistemologi yang membahas kebenaran, dan axiology, yang membahas nilai. Apabila diamati dari unsur-unsur tersebut, tampaknya filsafat mempunyai jangkauan kajian yang sangat luas. Bagi pengembang kurikulum, dengan memiliki pengetahuan filsafat maka akan memberikan dasar yang kuat untuk mengambil suatu keputusan yang tepat dan konsisten.
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah-masalah pendidikan ini yang disebut filsafat pendidikan. Walaupun dilihat sepintas filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya, yaitu filsafat dan pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat.
Landasan filosofis memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan dan pemberdayaan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Adapun aliran-aliran filsafat yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum yaitu: Parenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme, dan Progresivisme.
Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum adalah bahwa pengembang kurikulum tidak bisa hanya menonjolkan filsafat pribadinya, tetapi juga perlu mempertimbangkan filsafat yang lain, antara lain falsafah negara dan falsafah lembaga pendidikan. Setiap negara pasti mempunyai suatu falsafah atau pandangan pokok mengenai pendidikan.
Di Indonesia landasan filosofisnya adalah Pancasila. Seperti dinyatakan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1968, Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan negara kita. Tiap lembaga pendidikan mempunyai misi dalam rangka bagian dari Pendidikan Nasional. Falsafah suatu lembaga pendidikan (Universitas, IAIN, UIN, STAIN, Akademi maupun Sekolah) jarang sekali dinyatakan secara jelas, spesifik dan eksplisit dalam bentuk tertulis.
Kebanyakan lembaga-lembaga pendidikan jarang membuat falsafah lembaganya secara tertulis. Falsafah yang dimaksudkan di sini adalah mencakup:
1. Alasan rasional mengenai eksistensi lembaga pendidikan itu
2. Prinsip-prinsip pokok yang mendasarinya,
3. Nilai-nilai dan prinsip yang dijunjung tinggi, dan
4. Prinsip-prinsip pendidikan mengenai anak
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Apakah yang dimaksud dengan “baik” pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang demokratis, pendidikan di negara yang beragama Budha akan berlainan dengan pendidikan di negara yang menganut agama Islam atau Kristen. Kurikulum memiliki hubungan sangat erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.
B. Asas Psikologis
1. Psikologi Anak
Psikologis dalam pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda dengan mahluk lainnya seperti hewan, benda dan binatang karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis tiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak kelahirannya.
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad anak tidak dipandang sebagai “manusia” yang lain daripada orang dewasa dan karena itu mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Baru setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya, dan sejak permulaan abad ke-20 anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam perkembangan kurikulum.
Timbullah aliran yang disebut progresif, bahkan kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak, yaitu “child centered curriculum”.
Dapat dipahami bahwa kurikulum ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Tentu saja kurikulum yang begitu ekstrim mengutamakan salah satu dasar akan mengalami kekurangan-kekurangan. Namun gerakan ini tak dapat tiada menarik perhatian pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk itu selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok pemikiran.
2. Psikologi Belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah : bagaimanakah anak itu belajar? Kalau kita tahu betul bagaimana proses belajar itu berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang efektif.
Oleh sebab itu ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, maka timbullah berbagai teori belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Penelitian dilakukan untuk lebih mendalam memahami proses belajar ini, banyak di antaranya dengan melakukan eksperimen.
Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa setiap teori itu mengandung kebenaran, akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar itu, jadi yang mencakup segala gejala belajar, dari yang sederhana sampai yang paling pelik.
Teori belajar dijadikan sebagai dasar bagi proses pembelajaran, dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar dan psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.
C. Asas Sosiologis
Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita dan kebutuhan masyarakat. Dalam mengambil keputusan tentang kurikulum para pengembang kurikulum hendaknya merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal, merespon terhadap berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh beragam golongan dalam masyarakat. Sangat banyak kebutuhan masyarakat yang harus dipilah-pilah, disaring dan diseleksi agar menjadi suatu keputusan dalam pengembangan kurikulum. Kompleksitas kehidupan dalam masyarakat disebabkan oleh :
1. Dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam
2. Kepentingan antar individu berbeda-beda, dan
3. Masyarakat selalu mengalami perkembangan.
Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lainnya, ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Di situ ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat. Tuntutan masyarakat tak dapat diabaikan.
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat istiadat yang tak dapat tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya lalu dinyatakan dalam kelakuannya. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Juga perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pertimbangan dalam kurikulum.
Oleh sebab itu masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam perkembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau society-centered curruculum.
D. Asas Organisatoris
Asas ini juga berkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad-field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain.
Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cinderung memilih kurikulum yang subject-centered atau berpusat pada mata pelajaran, yaitu dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu jiwa Gestalt lebih menguatamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cinderung memilih kurikulum terpadu atau integrated kurikulum.
Kembali perlu diingatkan, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan jika ditinjau dari segi-segi tertentu.
E. Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Yang dimaksud dengan asas pengembangan ilmu dan teknologi adalah para pengambil kebijakan kurikulum hendaknya memperhatikan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru, sikap hidup baru. Hal-hal di atas menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan. Sehingga, pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan generasi muda agar mampu hidup pada masa kini dan masa yang akan datang
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa asas-asas atau landasan kurikulum ada lima, yaitu: (1). Asas Filosofis, yaitu suatu asas fundamental yang menentukan ke arah mana tujuan pendidikan hendak diwujudkan. Asas filosofis ini berkaitan dengan falsafah negara, falsafah lembaga pendidikan dan asas filsafat pendidikan. (2). Asas Psikologis, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa kurikulum harus melihat subyek pendidikan adalah manusia yang berbeda dengan mahluk lain karena mempunyai aspek psikologis. Asas Psikologis ini minimal terbagi dalam psikologi anak dan psikologi belajar, karena peserta didik dalam hidupnya berkembang dan belajar. (3). Asas Sosiologis atau Sosial Budaya, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa suatu kurikulum diciptakan harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat pada masa tersebut. (4). Asas Organisatoris, yaitu suatu asas yang menyatakan bagaimana nanti bahan pelajaran akan disajikan. (5). Asas Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yaitu asas yang menyatakan bahwa suatu kurikulum harus mampu membekali generasi muda dengan kemampuan hidup di masa kini dan masa akan datang.
B. Kata Penutup
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, maka selesailah pembahasan makalah ini, meskipun dalam penyelesaiannya banyak rintanan yang penulis temui.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis harapkan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semua penulis terima dengan ucapan terima kasih dan akhirnya penulis harapkan makalah ini ada manfaatnya. Amin ya Rabbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, (2009), Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, Cipayung: Gaung Persada Press
Nasution, (2005), Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara
http//:one.indoskripsi.com
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa depan bangsa terletak di tangan generasi muda. Mutu bangsa di kemudian hari bergantung pada pendidikan yang dikecap oleh anak-anak sekarang, terutama melalui pendidikan formal yang diterima di sekolah. Apa yang akan dicapai di sekolah, ditentukan oleh kurikulum. Dapat dipahami bahwa kurikulum sebagai alat yang begitu vital bagi perkembangan bangsa dipegang oleh pemerintah suatu negara. Dapat pula dipahami betapa pentingnya usaha mengembangkan kurikulum itu.
Oleh sebab itu setiap guru merupakan kunci utama dalam pelaksanaan kurikulum, maka ia harus pula memahami seluk-beluk kurikulum. Hingga batas tertentu, dalam skala mikro, guru juga seorang pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Mengembangkan kurikulum bukan sesuartu yang mudah dan sederhana karena banyak hal yang harus dipertimbangkan dan banyak pertanyaan yang diajukan untuk diperhitungkan. Pertanyaan tersebut berkaitan erat dengan asas-asas kurikulum.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas filosofis ?
2. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas psikologis ?
3. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas sosiologis ?
4. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas organisatoris ?
5. Bagaimana kurikulum dilihat dari asas ilmu pengetahuan dan teknologi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas Filosofis
Dalam arti sebenarnya adalah cinta akan kebenaran, yang merupakan rangkaian dari dua kata philo (cinta) dan shopia (kebijakan). Dalam batasan modern filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami semua hal yang muncul di dalam keseluruhan lingkup pengalaman manusia, yang mana diharapkan agar manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta.
Sekolah bertujuan mendidik anak menjadi manusia yang baik dalam masyarakat tempat ia hidup. Perbedaan landasan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan. Karena hal ini menyangkut apa saja bahan pelajaran yang akan disajikan guna mencapai tujuan tersebut.
Sebagai induk dari semua pengetahuan, filsafat dapat dirumuskan sebagai kajian tentang : metafisika yang membahas segala yang ada di alam ini, epistemologi yang membahas kebenaran, dan axiology, yang membahas nilai. Apabila diamati dari unsur-unsur tersebut, tampaknya filsafat mempunyai jangkauan kajian yang sangat luas. Bagi pengembang kurikulum, dengan memiliki pengetahuan filsafat maka akan memberikan dasar yang kuat untuk mengambil suatu keputusan yang tepat dan konsisten.
Filsafat membahas segala permasalahan yang dihadapi oleh manusia termasuk masalah-masalah pendidikan ini yang disebut filsafat pendidikan. Walaupun dilihat sepintas filsafat pendidikan ini hanya merupakan aplikasi dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan, tetapi antara keduanya, yaitu filsafat dan pendidikan terdapat hubungan yang sangat erat.
Landasan filosofis memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum. Dalam pengembangan dan pemberdayaan kurikulum senantiasa berpijak pada aliran-aliran filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi kurikulum yang dikembangkan.
Adapun aliran-aliran filsafat yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum yaitu: Parenialisme, Essensialisme, Eksistensialisme, dan Progresivisme.
Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh pengembang kurikulum adalah bahwa pengembang kurikulum tidak bisa hanya menonjolkan filsafat pribadinya, tetapi juga perlu mempertimbangkan filsafat yang lain, antara lain falsafah negara dan falsafah lembaga pendidikan. Setiap negara pasti mempunyai suatu falsafah atau pandangan pokok mengenai pendidikan.
Di Indonesia landasan filosofisnya adalah Pancasila. Seperti dinyatakan dalam ketetapan MPR No. II/MPR/1968, Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia dan negara kita. Tiap lembaga pendidikan mempunyai misi dalam rangka bagian dari Pendidikan Nasional. Falsafah suatu lembaga pendidikan (Universitas, IAIN, UIN, STAIN, Akademi maupun Sekolah) jarang sekali dinyatakan secara jelas, spesifik dan eksplisit dalam bentuk tertulis.
Kebanyakan lembaga-lembaga pendidikan jarang membuat falsafah lembaganya secara tertulis. Falsafah yang dimaksudkan di sini adalah mencakup:
1. Alasan rasional mengenai eksistensi lembaga pendidikan itu
2. Prinsip-prinsip pokok yang mendasarinya,
3. Nilai-nilai dan prinsip yang dijunjung tinggi, dan
4. Prinsip-prinsip pendidikan mengenai anak
Sekolah bertujuan mendidik anak agar menjadi manusia yang “baik”. Apakah yang dimaksud dengan “baik” pada hakikatnya ditentukan oleh nilai-nilai, cita-cita atau filsafat yang dianut negara, tapi juga guru, orang tua, masyarakat bahkan dunia. Perbedaan filsafat dengan sendirinya akan menimbulkan perbedaan dalam tujuan pendidikan, juga bahan pelajaran yang disajikan, mungkin juga cara mengajar dan menilainya. Pendidikan di negara otokratis akan berbeda dengan negara yang demokratis, pendidikan di negara yang beragama Budha akan berlainan dengan pendidikan di negara yang menganut agama Islam atau Kristen. Kurikulum memiliki hubungan sangat erat dengan filsafat bangsa dan negara terutama dalam menentukan manusia yang dicita-citakan sebagai tujuan yang harus dicapai melalui pendidikan formal.
B. Asas Psikologis
1. Psikologi Anak
Psikologis dalam pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik serta antara peserta didik dengan orang-orang lainnya. Manusia berbeda dengan mahluk lainnya seperti hewan, benda dan binatang karena kondisi psikologisnya. Kondisi psikologis tiap individu berbeda karena perbedaan tahap perkembangannya, latar belakang sosial-budaya, juga karena perbedaan faktor-faktor yang dibawa sejak kelahirannya.
Sekolah didirikan untuk anak, untuk kepentingan anak, yakni menciptakan situasi-situasi dimana anak dapat belajar untuk mengembangkan bakatnya. Selama berabad-abad anak tidak dipandang sebagai “manusia” yang lain daripada orang dewasa dan karena itu mempunyai kebutuhan sendiri sesuai dengan perkembangannya. Baru setelah Rousseau anak itu dikenal sebagai anak, dan dilakukan penelitian ilmiah untuk lebih mengenalnya, dan sejak permulaan abad ke-20 anak kian mendapat perhatian menjadi salah satu asas dalam perkembangan kurikulum.
Timbullah aliran yang disebut progresif, bahkan kurikulum yang semata-mata didasarkan atas minat dan perkembangan anak, yaitu “child centered curriculum”.
Dapat dipahami bahwa kurikulum ini dapat dipandang sebagai reaksi terhadap kurikulum yang ditentukan oleh orang dewasa tanpa menghiraukan kebutuhan dan minat anak. Tentu saja kurikulum yang begitu ekstrim mengutamakan salah satu dasar akan mengalami kekurangan-kekurangan. Namun gerakan ini tak dapat tiada menarik perhatian pendidik, khususnya para pengembang kurikulum, untuk itu selalu menjadikan anak sebagai salah satu pokok pemikiran.
2. Psikologi Belajar
Pendidikan di sekolah diberikan dengan kepercayaan dan keyakinan bahwa anak-anak dapat dididik, dapat dipengaruhi kelakuannya. Anak-anak dapat belajar, dapat menguasai sejumlah pengetahuan, dapat mengubah sikapnya, dapat menerima norma-norma, dapat menguasai sejumlah keterampilan. Soal yang penting ialah : bagaimanakah anak itu belajar? Kalau kita tahu betul bagaimana proses belajar itu berlangsung, dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberi hasil yang sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan cara yang efektif.
Oleh sebab itu ternyata suatu proses yang pelik dan kompleks, maka timbullah berbagai teori belajar yang menunjukkan ketidaksesuaian satu sama lain. Penelitian dilakukan untuk lebih mendalam memahami proses belajar ini, banyak di antaranya dengan melakukan eksperimen.
Pada umumnya dapat dikatakan, bahwa setiap teori itu mengandung kebenaran, akan tetapi tidak memberikan gambaran tentang keseluruhan proses belajar itu, jadi yang mencakup segala gejala belajar, dari yang sederhana sampai yang paling pelik.
Teori belajar dijadikan sebagai dasar bagi proses pembelajaran, dengan demikian ada hubungan yang erat antara kurikulum dan psikologi belajar dan psikologi anak. Karena hubungan yang sangat erat itu maka psikologi menjadi salah satu dasar kurikulum.
C. Asas Sosiologis
Suatu kurikulum pada prinsipnya mencerminkan keinginan, cita-cita dan kebutuhan masyarakat. Dalam mengambil keputusan tentang kurikulum para pengembang kurikulum hendaknya merujuk pada lingkungan atau dunia dimana mereka tinggal, merespon terhadap berbagai kebutuhan yang dilontarkan atau diusulkan oleh beragam golongan dalam masyarakat. Sangat banyak kebutuhan masyarakat yang harus dipilah-pilah, disaring dan diseleksi agar menjadi suatu keputusan dalam pengembangan kurikulum. Kompleksitas kehidupan dalam masyarakat disebabkan oleh :
1. Dalam masyarakat terdapat tata kehidupan yang beraneka ragam
2. Kepentingan antar individu berbeda-beda, dan
3. Masyarakat selalu mengalami perkembangan.
Anak tidak hidup sendiri terisolasi dari manusia lainnya, ia selalu hidup dalam suatu masyarakat. Di situ ia harus memenuhi tugas-tugas yang harus dilakukannya dengan penuh tanggung jawab, baik sebagai anak, maupun sebagai orang dewasa kelak. Ia banyak menerima jasa dari masyarakat dan ia sebaliknya harus menyumbangkan baktinya bagi kemajuan masyarakat. Tuntutan masyarakat tak dapat diabaikan.
Tiap masyarakat mempunyai norma-norma, adat istiadat yang tak dapat tiada harus dikenal dan diwujudkan anak dalam pribadinya lalu dinyatakan dalam kelakuannya. Tiap masyarakat berlainan corak nilai-nilai yang dianutnya. Tiap anak akan berbeda latar belakang kebudayaannya. Perbedaan ini harus dipertimbangkan dalam kurikulum. Juga perubahan masyarakat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan faktor pertimbangan dalam kurikulum.
Oleh sebab itu masyarakat suatu faktor yang begitu penting dalam perkembangan kurikulum, maka masyarakat dijadikan salah satu asas. Dalam hal ini pun harus kita jaga, agar asas ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau society-centered curruculum.
D. Asas Organisatoris
Asas ini juga berkenaan dengan masalah, dalam bentuk yang bagaimana bahan pelajaran akan disajikan? Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya dalam bentuk broad-field atau bidang studi seperti IPA, IPS, Bahasa, dan lain-lain.
Ilmu jiwa asosiasi yang berpendirian bahwa keseluruhan sama dengan jumlah bagian-bagiannya cinderung memilih kurikulum yang subject-centered atau berpusat pada mata pelajaran, yaitu dengan sendirinya akan terpisah-pisah. Sebaliknya ilmu jiwa Gestalt lebih menguatamakan keseluruhan, karena keseluruhan itu bermakna dan lebih relevan dengan kebutuhan anak dan masyarakat. Aliran psikologi ini lebih cinderung memilih kurikulum terpadu atau integrated kurikulum.
Kembali perlu diingatkan, bahwa tidak ada kurikulum yang baik dan tidak baik. Setiap organisasi kurikulum mempunyai kebaikan akan tetapi tidak lepas dari kekurangan jika ditinjau dari segi-segi tertentu.
E. Asas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Yang dimaksud dengan asas pengembangan ilmu dan teknologi adalah para pengambil kebijakan kurikulum hendaknya memperhatikan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga menimbulkan kebutuhan baru, aspirasi baru, sikap hidup baru. Hal-hal di atas menuntut perubahan pada sistem dan isi pendidikan. Sehingga, pendidikan bukan hanya mewariskan nilai-nilai dan hasil kebudayaan lama, tetapi juga mempersiapkan generasi muda agar mampu hidup pada masa kini dan masa yang akan datang
BAB III
KESIMPULAN
A. Simpulan
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa asas-asas atau landasan kurikulum ada lima, yaitu: (1). Asas Filosofis, yaitu suatu asas fundamental yang menentukan ke arah mana tujuan pendidikan hendak diwujudkan. Asas filosofis ini berkaitan dengan falsafah negara, falsafah lembaga pendidikan dan asas filsafat pendidikan. (2). Asas Psikologis, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa kurikulum harus melihat subyek pendidikan adalah manusia yang berbeda dengan mahluk lain karena mempunyai aspek psikologis. Asas Psikologis ini minimal terbagi dalam psikologi anak dan psikologi belajar, karena peserta didik dalam hidupnya berkembang dan belajar. (3). Asas Sosiologis atau Sosial Budaya, yaitu suatu asas yang menyatakan bahwa suatu kurikulum diciptakan harus mampu menjawab kebutuhan masyarakat pada masa tersebut. (4). Asas Organisatoris, yaitu suatu asas yang menyatakan bagaimana nanti bahan pelajaran akan disajikan. (5). Asas Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yaitu asas yang menyatakan bahwa suatu kurikulum harus mampu membekali generasi muda dengan kemampuan hidup di masa kini dan masa akan datang.
B. Kata Penutup
Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, maka selesailah pembahasan makalah ini, meskipun dalam penyelesaiannya banyak rintanan yang penulis temui.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, untuk itu penulis harapkan kritik yang sifatnya membangun dari semua pihak demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semua penulis terima dengan ucapan terima kasih dan akhirnya penulis harapkan makalah ini ada manfaatnya. Amin ya Rabbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, (2009), Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru, Cipayung: Gaung Persada Press
Nasution, (2005), Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara
http//:one.indoskripsi.com
Komentar
Posting Komentar