Media Pembelajaran Matematika Berbasis ICT

Pertanyaan: 

1.Menurut cognitive theory of multimedia learning bahwa ada tiga asumsi utama yang dijadikan acuan dalam merancang suatu multimedia pembelajaran. Jelaskan ketiga asumsi tersebut dengan memberikan contoh masing-masing media yang relevan untuk pembelajaran matematika.

Kata “Cognitive” berasal dari kata cognition yang artinya adalah pengertian atau mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia atau satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi. multimedia pembelajaran dapat diartikan sebagai aplikasi multimedia yang digunakan dalam proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, ketrampilan dan sikap) serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali. Maka ada 3 asumsi yang mendasari pembelajaran multimedia berbasis ICT dalam pembelajaran matematika, yaitu: 

1.Asumsi Saluran-ganda 

Asumsi saluran-ganda (dual-channel assumption) beranggapan bahwa manusia memiliki saluran terpisah bagi pemrosesan informasi untuk materi visual dan materi auditori. Manusia memahami suatu informasi yang didapat melalui citra auditori dan citra pictorial. Pemahaman yang diproses melalui kedua saluran tersebut dan mempresentasikan serta menyimpannya dalam memori jangka panjang. Dalam pembelajaran matematika media yang dibuat hendaknya dapat ditangkap oleh dua indra, misalnya ketika materi perkalian dua buah matriks, penggunaan suara dan animasi perkalian antara baris dan kolom ditampilkan sehingga peserta didik mampu memahami proses perkalian dua buah matriks dengan mudah. 

2.Asumsi Kapasitas-terbatas

Manusia bukan mesin atan super komputer, semua informasi yang diperoleh akan diolah, dipadukan, dan diintegrasikan dengan kapasitas otak. Semua informasi yang masuk tidak bisa diolah dan disimpan secara langsung ke otak. Beberapa dari informasi akan diolah menjadi sesuatu yang padu dan dapat dipahami. Dalam pembuatan media pembelajaran matematika hendaknya tampilan slide tidak terlalu banyak warna dan tidak menambahkan animasi-animasi yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran. contohnya ketika menampilkan slide show perkalian dua buah matriks, jangan menggunakan warna-warna yang tidak sekeluarga dengan warna lainnya. Serta meniadakan animasi benda bergerak seperti kupu-kupu yang terbang yang justru akan mengganggu konsentrasi siswa.

 3.Asumsi Pemrosesan aktif 

Manusia secara aktif melibatkan dirinya dalam pemrosesan aktif untuk mengkonstruksi dan merepresentasi mental yang saling terkait terhadap pengalaman mereka. Proses kognitif aktif ini meliputi: memberikan perhatian, menata informasi yang masuk dengan pengetahuan lainnya. Pendeknya, manusia adalah prosesor aktif yang menalar dan memasukakalkan setiap informasi yang ada. Manusia bukan prosesor pasif yang hanya menerima merekam sesuatu dan menyimapnnya di memori dan dapat diputar olah kapan saja. Dalam pembuatan media pembelajaran matematika pada materi matriks, dapat dihubungkan dengan dengan materi sebelumnya yaitu tentang materi sistem persamaan dua atau tiga variabel. Sehingga dalam memahami mariks, siswa mampu mengubungkan dengan materi sebelumnya. 

 2. Jelaskan bagaimana teori dual coding dapat diadaptasikan dalam menyiapkan suatu multimedia pembelajaran matematika

 Menurut teori dual coding, informasi diproses melalui dua channel yang independent, yaitu channel verbal seperti teks dan suara, dan channel visual seperti diagram, animasi, dan gambar. Penelitian lebih lanjut berkaitan dengan dual coding theory yang dilakukan oleh Paivio, Bagget (1989), dan Kozma (1991) mengindikasikan bahwa dengan memilih perpaduan media yang sesuai, hasil belajar dari seseorang dapat ditingkatkan. Sebagai contoh, informasi yang menggunakan kata-kata (verbal) dan ilustrasi visual yang relevan memiliki kecenderungan lebih mudah dipelajari dan dipahami daripada informasi yang menggunakan teks saja, suara saja, perpaduan teks dan suara, atau ilustrasi saja. Sejumlah penting prinsip dan tips untuk mengembangkan bahan-bahan ajar berbasis komputer telah dirumuskan berdasarkan dual coding theory ini. Terlebih lagi, meskipun sudah berumur lebih dari 30 tahun, teori ini tetap relevan dengan perkembangan teknologi dan inovasi dalam bidang pendidikan. Meskipun banyak penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini, diperlukan lebih banyak lagi penelitian untuk lebih meyakinkan pengaruh informasi multimedia dalam belajar siswa unruk berbagai learning style yang berbeda. Banyak penelitian yang sudah dilakukan mengenai dual coding theory untuk mempelajari pengaruh informasi multimedia pada pembelajar visual dan verbal, tetapi masih sedikit yang mempelajari pengaruhnya pada pembelajar tipe lain, seperti pembelajar bergaya sensorik, intuitif, sequential, global, aktif, dan reflektif. Teori dual coding dapat digunakan dalam menyiapkan multimedia pembelajaran matematika seperti memilih kata-kata yang relevan untuk pemrosesan dalam memori kerja verbal, memilih gambar-gambar yang relevan untuk pemrosesan dalam memori kerja visual,menata kata-kata terpilih ke dalam model mental verbal, menata gambar-gambar terpilih ke dalam model mental visual serta memadukan representasi berbasis-kata dan representasi berbasis gambar.

Komentar

  1. Bang Najib,, saya mau tanya, tery dual coding itu kan mengintegrasikan audio dan visual. Saya setuju sekali bahwa manusia belajar dengan baik dari mengoptimalkan kedua channel tsb. Selanjutnya manusia kan berbeda-beda. Saya belajar lebih baik jika dengan melihat teks atau melihat media yg disampaikan dibandingkan hanya dengan mendengar. Apakah menurut anda saya sebaiknya bekajar dengan membuat MM yg audio nya lebih banyak daripada visualnya? (tujuannya adlaah membantu audio saya yg kurang tsb) toling penjelasannya. Trmksih 😀

    BalasHapus
  2. Silahkan kunjungi dan komentar blog saya, anchachayow.blogspot.com
    Trimakasih.

    BalasHapus
  3. Kembali ke tujuan media yang akan kita buat, jadi di sini peran kita sebagai orang yang membelajarkan. Ketika kita membuat media dengan tujuan agar tersampaikannya "pesan" dengan maksimal kita perlu cermat dalam memilih media yang sesuai dengan kondisi perserta didik. Kalau peserta didik cenderung ke visual buatlah yg dominan visualnya, agar tujuan dr pembelajaran bisa tercapai dengan tepat. Karena kalau kita mengikuti kecenderungan siswa, tentu media kita akan menarik bagi mereka.


    BalasHapus
    Balasan
    1. bang najib..
      kadang kita menemukan di kelas ..
      ada anak yang kurang heboh dalam artian anak tersebut biasa saja ketika belajar dengan media pembelajaran baik visual, auditori dan kinestetik,,
      menurut bang najib bagaimana cara kita mengatasinya ??
      terima kasih

      Hapus
    2. Izin menanggapi. Menurut saya sebelum memulai pembeljaran sbg guru kita perlu melakukan bbrpa hal seblm memulai pmbelajaran. Yaitu orientasi, motivasi, apersepsi, dan tujuan pmbelajaran. Kalau mmg 1 kelas itu tdk ad respon atau biasa2 saja. Artinya guru trsebut prlu refleksi kegiatan pendahuluan dan gaya belajarnya. Kalau semuanya sdh siap untuk bljr pasti akn ada respon positif "heboh" saat mulai pelajaran. Terimakasih

      Hapus
  4. Assalamualaikum bang najib, seperti yang diketahui kemapuan belajar siswa kan ada secara auditori, visual, sama kinastetik.Nah yang mau saya tanyakan ,penting tidak bagi seorang pendidik mengetahu kemampuan belajar masing-masing muridnya? seandainya penting adakah cara untuk mengetahui kemapuan masing-masing siswanya selain dalam hal pengamatan bang ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikum salam...
      Sangat penting, walau cukup menyita waktu dalam melakukannya.
      Selain pengamatan langsung, kita juga bisa melakukan angket psikologi.

      Hapus
    2. Bagaimana jika jumlah siswa d kelasnya banyak bang? Apa memungkinkan untuk melakukan pengamatan satu persatu? Dan jika memakai angket, apakah hasilnya akan akurat. Bisa saja siswa masih sulit menafsirkan kalimat pada angket

      Hapus
    3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  5. Sprti yg kita ketahui bhwa ada 3 asumsi dlm pngmbngan multimedia. Mnurut abg apakah asumsi pertma (saluran ganda) itu terkait dengan konsep Teory Dual Codding?

    BalasHapus
  6. Tentu, karena saluran ganda maksudnya adalah 2 channel yang digunakan untuk menangkap infomasi pesan.

    BalasHapus
  7. Assalamualaikum, izin bertanya bang najib :)
    seperti yang kita ketahui ada tiga jenis gaya belajar manusia adiotori, visual, dan kinestetik, jika teori dual coding diadaptasikan dalam menyiapkan multimedia untuk gaya belajar audiotori dan visual, kemudian bagaimana dengan gaya belajar kinestetik? trimakasih,,,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Izin menjwab..klau mnurut sya teory dual codding itu telah mencakup sluruhnya tnpa mngkotak kotakan antara gya blajar visual, audio dn kinestetik. Krna dlm dual codding ada:
      Text n picture
      text n sound
      picture n sound
      jd dlm satu media telah mengcover slurug gya blajar🙏😊😊

      Hapus
    2. Sepakat dengan jawaban Necylia, yang disebut dual coding berarti kita menggunakan saluran ganda, kinestetik gimana? ya tentu dalam kinestetik kita menggunakan dual coding jg, misal... dalam memperagakan alat peraga tentu arahan yang kita keluarkan berupa suara (instruksi verbal) tidak hanya gerak dari alatnya saja.

      Hapus
  8. Pembahasannya sangat menarik sekali bang. tetapi saya masih belum paham mengenai Asumsi Kapasitas-terbatas. Pada pembahasan tersebut slidenya tidak boleh terlalu banyak warna. Jadi, bagaimana jika konten-kontennya yang banyak warna bang ? apakah mengganggu konsentrasi juga? misalnya ada gambar-gambar balon, gambar-gambar kotak yang warnanya bervariasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut saya konten yang banyak warna jelas mengganggu konsentrasi, apalagi gambar itu tidak sesuai dengan materi yang diajarkan

      Hapus
    2. Izin mnjwab..sya stuju dgn geminia. Krna sesuatu yg berlibhan tdk akan baik. Intinya berikan proporsi" yg tepat shingga.bsa mnghsilkan media yg menarik utk siswa, bukan media yg "aneh" bgi siswa🙏🙏😊😊

      Hapus
    3. izin menjawab juga, saya setuju dengan pendapat Geminia dan Necyl, memang jika slide terlu banyak warna sangat menganggu konsentrasi belajar siswa, sehingga sebaiknya penggunaan gambar ataupun warna sebaiknya secara teratur dan tepat, sebagaimana pendapat dari Nana Sudjana (2005:27) adalah kombinasi antara media grafis, gambar dan foto yang dirancang untuk memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atau gagasan.

      Hapus
    4. Harus dibatasi masalahnya, yang dimaksud dengan warna yang merusak konsenrasi adalah warna-warna yang tidak relevan dengan materi yang igin disampaikan, apalagi warna yg kita gunakan banyak. Akan tetapi, jika memang warna itu relevan ya tidak masalah walau banyak, misal kita ingin menggunakan konsep pada materi kombinatorik subnya kombinasi dan media yang kita pakai adalah warna , tentu kita akan mengunakan banyak warna agar anak lebih paham... tapi... slide nya yg sederhana saja jangan berlebihan sehingga menganggu fokus.

      Hapus
    5. setuju dengan penjelasan bg munajib, saya ingin menambahkan saja, bahwasannya dalam membuat media terkhusus ict seperti power point, kita harus memperhatikan lagi prinsip2 dalam membuat media, untuk lebih jelasnya silahkan kunjungi diblog saya
      www.fauzikhoirulmahfi.blogspot.com

      Hapus
  9. assalamualaikum, munajib.. berdasarkan pengalaman anda mengajar di sekolah yang cukup unggul di kota jambi, apakah mengajar dengan menggunakan media ICT mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikum Salam...
      penggunaan ICT tidak ada relevansinya dengan sekolah unggul atau tidak kak nunung, hahahaha

      Tapi menurut teorinya, tentu akan ada perbedaan yang signifikan antara yang menggunakan ICT dengan yang tidak.. dan itu memang terasa di aplikasinya, setidaknya siswa menjadi termotivasi dan variasi mengajar menjadi banyak, sehingga pembelajaran di kelas tidak flat.

      Hapus
    2. izin mengetik nih...hheheh
      ya segala sesuatu itu ada positif dan negatifnya,,mungkin menggunakan ICT ada positifnya dan ada juga negatifnya.. begitu juga mengajar tidak menggunakan media.. mungkin ada positif nya dan ada juga negatifnya..

      soalnya,,,
      belum tentu semua guru bisa menggunakan ICT ,,, contohnya guru-guru yang sudah senior...masih banyak yang belum bisa menggunakan ICT.. dan biasanya di sekolah sekolah masih banyak yang belum memiliki auto focus.. jadi sebagian guru sulit untuk menggunakan media berbasis ICT..
      ya
      ... intinya kita hanya bisa berusaha mengajar semaksimal mungkin...dan terakhir berdoa semoga anak anak dapat memahami apa yang telah kita sampaikan,,
      terima kasih

      Hapus
    3. Maka dari itu, kita sebagai agent harus membuat perubahan

      Hapus
  10. Adakah teori lain selain dari teori dual coding yang digunakan untuk menyiapkan multimedia dalam pembelajaran matematika?mohon dijelaskan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara umum teori pada multi media adalah dual coding, namum perlu diperhatikan juga bahwa dalam proses belajar mengajar yang dimaksud dengan kebutuhan adalah
      kesenjangan antara kemampuan, keterampilan dan sikap siswa yang kita inginkan dengan kemampuan, keterampilan, dan sikap siswa yang mereka miliki sekarang. Dari kesenjangan itu dapat diketahui apa yang diperlukan atau dibutuhkan siswa. Sebagai perancang program media guru harus dapat mengetahui pengetahuan atau keterampilan awal siswa. Suatu program media akan dianggap terlalu mudah bagi siswa bila siswa tersebut telah memiliki sebagian besar pengetahuan atau keterampilan yang disajikan oleh program media itu (Arief S. Sadiman, 2009: 103). Dan program media yang terlalu mudah akan membosankan siswa dan sedikit sekali manfaatnya karena siswa tidak memperoleh tambahan pengetahuan atau keterampilan dari program media tersebut. Sebaliknya program media akan dipandang terlalu sulit bagi siswa bila siswa belum memiliki pengetahuan atau keterampilan prasyarat yang diperlukan siswa sebelum memanfaatkan hasil dari program pengembangan media tersebut (Arief S. Sadiman, 2009: 103). Pengetahuan prasyarat adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan siswa sebelum memanfaatkan hasil dari program pengembangan media tersebut. Dan program media yang terlalu sulit akan menimbulkan frustasi siswa.

      Hapus
  11. Adakah teori lain selain dari teori dual coding yang digunakan untuk menyiapkan multimedia dalam pembelajaran matematika?mohon dijelaskan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Izin menjawab. Tentu saja ada. Saat membuat multimedia kita harus mempertimbangkan prinsip2 dlm membuat media pembelajaran. (Prinsip2 dlm membuat media pembaljaran dpt juga dilihat diblog saya lailatulaulia95.bolgspot.co.id ) terima kasih

      Hapus
  12. Assalamualaikum bg
    menurut abg adakah kekurangan dengan pembelajaran berbasis ICT?
    apa saja kekurangannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tentu ada, karena media berbasis elektronik tentu akan ada ketergantungan-ketergantungan yang akan dirasakan, misalnya pasokan listrik yang tidak selalu ada...

      kemudian bisa saja, karena terlalu sering menggunakan perangkat mobile, siswa jadi kehilangan kemampuan manual matematika nya.

      tentu perlu kreatifitas dari guru untuk dapat menjawab permasalahan di lapangan yang terkait dengan kelemahan media ICT

      Hapus
  13. Bang mau nanya, Apakah media yang baik itu dilihat dari segi ekonominya? bagaimana dengan media yang dibuat sederhana apakah baik juga dalam menunjang pembelajaran?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Media yang baik itu yg efektif, efisien, ekonomis (murah) dan dekat dengan kehidupan siswa.

      Hapus
  14. Media yang baik itu yg efektif, efisien, ekonomis (murah) dan dekat dengan kehidupan siswa.

    BalasHapus
  15. Assalamualaikum, bang. mau bertanya...
    selama pembelajaran matematika yang sudah pernah dilaksanakan. Bagaimanakah pembelajaran yang lebih baik dengan menggunakan verbal atau di kombinasikan???

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tentu disesuaikam dengan materi dan kondisi kelas, ketika mengajar di kelas yang pemahaman siswa nya cepat, tentu dengan verbal saja sdh cukup. Tapi ketika kelas yang susah memahami, atau rasa ingin tahu nya rendah, harus dicari trik misalnya memakai alat peraga dan sebagainya.

      Hapus
  16. Tentu disesuaikam dengan materi dan kondisi kelas, ketika mengajar di kelas yang pemahaman siswa nya cepat, tentu dengan verbal saja sdh cukup. Tapi ketika kelas yang susah memahami, atau rasa ingin tahu nya rendah, harus dicari trik misalnya memakai alat peraga dan sebagainya.

    BalasHapus
  17. Bang najib, bgaimana dgn siswa yg kinestetik? Dual coding kan lbih kepada visual dan audio. Lalu bgaimana dgn siswa kinestetik yg memerlukan bnyak praktik lgsg dlm pmbelajaran?

    BalasHapus
    Balasan
    1. tetap di sana pasti akan menggunakan teori dual coding, contoh... ketika memeragakan alat peraga pasti guru akan bersuara.

      Hapus
  18. Izin brtanya. Bgaimana kaitan antara teori dual koding dgn gaya bljar? Apakah siswa dgn gaya belajar visual hny mnggunakan satu dari dua channel yg dimilikinya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya, tentu saja maka dari itu kita harus memaksimalkan potensi perserta didik tersebut

      Hapus
    2. izin menanggapi, teori dual coding menjelaskan manusia akan mudah belajar dan mengingat bila informasi di terima melalu melihat dan mendengar, bagi yang memiliki gaya belajar visual maka dominankanlah tampilan visual tanpa meninggalkan audio sebagai pelengkap.

      Hapus
    3. setuju dengan tanggapan saudari suci, ibarat pepatah ikan tentu akan berenang dan kera akan memanjat.. kita harus mengembangkan media sesuai dengan gaya belajar siswa, agar pembelajaran tidak mantul.

      Hapus
  19. izin bertanya Apakah pentingnya kalo saat kita membuat media itu harus mementingkan gaya belajar terlebih dahulu, kalo memang penting apakah ada gaya belajar yang lain selain gaya belajar menggunakan bentuk visual, audio dan kinestetik..

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh tentu, agar media yang akan kita buat bisa mengena di siswa dan tujuan pembelajaran bisa tercapai.

      Hapus
    2. Izin menambahkan, penting agar media yang di buat dapat membantu siswa dengan gaya belajar tertentu dalam pemahaman materi ajar, agar tujuan pembelajaran tercapai, saya fikir 3 gaya belajar ini sudah mengakomodir semua, dari verbal dan non verbal, namun mungkin ada orang yang memiliki dua gaya belajar sekaligus, seperti visual dan audio.

      Hapus
    3. Tapi Bg, di dalam kelas kan gaya belajarnya beda-beda, apakah bisa hanya dgn satu media?

      Hapus
    4. solusinya kita buat suatu media yang bisa mengakomodir semua gaya belajar siswa, tentu akan disesuaikan dengan materi pelajarannya dulu

      Hapus
  20. menurut bang Najib, apakah benar ketergantungan siswa terhadap ICT, berdampak terhadap pemerosotan nilai kegigihan siswa? sebab dengan ICT semua menjadi sangat mudah, tinggal pencet-pencet.

    BalasHapus
    Balasan
    1. izin menanggapi, kalo kertergantungan tidak juga siswa terhadap ICT, guru lah yang berhak apakah materi tersebut menggunakan ICT atau tidak, karena guru sebagai pemimpin dalam proses pembelajaran, lebih baik nya lg, di lihat dari segi materi dan kesulitannya, apabila materi nya sulit dan dibutuhkan seorang guru dalam menjelaskan lebih baik menggunakan pembelajaran konvensional saja, tetapi apabila guru menginginkan suatu materi dalam mengaitkan kehidupan sehari - hari bisa dalam bentuk media ICT.

      Hapus
    2. Setuju dengan tanggapan sdr Iqbal Anshori, justru siswa akan semakin gigih karena media bisa mengantarkan matematika yang abstrak menjadi nyata, sehingga akan teripta rasa ingin tahu (motivasi) dari siswa

      Hapus
  21. menurut sdr najib apkh pembljaran multi media ini mmbuat siswa giat utk bljr?bgmana dg daerah yg tdk mempunyai sarana yg lengkap ap solusi dr sdr najib...

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya pak, setidaknya memberi stimulus agar siswa menjadi tertarik dengan pembelajaran.. dan fokus terhadap apa yang disampaikan guru

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengembangan Kurikulum

IMPLEMENTASI KURIKULUM